Rabu, 25 Oktober 2017

Makalah ORGANIZATIONAL BEHAVIOUR MOTIVASI DAN MOTIVASI KERJA

ORGANIZATIONAL BEHAVIOUR
MOTIVASI DAN MOTIVASI KERJA
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Organizational Behaviour
Dosen Pengajar : Novian Ekawaty SE, MM


Unsika4


Kelas : 5 MA6

Disusun Oleh :
                        RINI REINITA BAHRI                     1510631020185
                        RIRI SAFITRI                                   1510631020186
                        RISA AYU DAMAYANTI               1510631020187
                        RIZAL ALI AMRULLAH                1510631020189
SUHENDI HENDRIYADI                1510631020211         



PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN  BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG




KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan peyusunan Makalah ini dengan baik.
Adapun penyusunan Makalah ini penulis menyusun dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ORGANIZATIONAL BEHAVIOUR di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen, Program Studi Manajemen, Univeristas Singaperbangsa Karawang.
Dalam usaha menyelesaikan Makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan waktu, pengetahuan, dan biaya sehinga tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil dengan baik.
Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-piihak yang membutuhkannya.

                                                                                Karawang, 26 September 2017
                                                                                                                     
                                                                                                        Penulis

DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................ i
Daftar isi .................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang ................................................................ 1
B.    Rumusan Masalah ........................................................... 2
C.    Tujuan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.   Pengertian Motivasi ........................................................ 3
B.    Jenis-jenis Motivasi ........................................................ 6
C.    Proses Motivasi .............................................................. 6
D.   Tujuan Motivasi .............................................................. 7
E.    Fungsi Motivasi .............................................................. 8
F.     Bentuk Motivasi ............................................................. 9
G.   Metode Motivasi ............................................................. 16
H.   Teori-teori Motivasi ........................................................ 16
I.       Prinsip Motivasi .............................................................. 23
J.      Teknik motivasi .............................................................. 24
K.   Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ..................... 25
L.    Hubungan motivasi dengan sistem upah ........................... 27


BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan .................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari kehidupan berorganisasi karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan.  Organisasi di dalam kehidupan tampak begitu beragam baik di dalam kehidupan kehidupan rumah tangga hingga tingkat organisasi yang lebih kompleks yaitu organisasi di dalam dunia kerja.
Organisasi merupakan sekelompok orang yang melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.  Dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di dalamnya.  Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi, karena hanya manusia yang memiliki sifat kedinamisan.1  Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan organisasi dengan baik, maka diperlukan sumber daya untuk mencapainya.  Sumber daya merupakan energi, tenaga dan kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan aktivitas ataupun kegiatan.  Sumber daya itu antara lain sumber daya alam, sumber daya finansial, sumber daya ilmu dan teknologi, serta sumber daya manusia.  Diantara sumber daya tersebut, sumber daya terpenting ialah sumber daya manusia (Wirawan, 2009).  Sumber daya manusia dianggap penting karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi, serta merupakan pengeluaran pokok organisasi dalam menjalankan kegiatannya (Simamora, 2006).
Sumber daya manusia merupakan orang-orang yang bekerja di dalam suatu organisasi sudah seharusnya mendapat perhatian supaya perjalanan organisasi tersebut sesuai yang diharapkan.  Perhatian yang dimaksud dalam hal ini adalah motivasi.  Motivasi memiliki peran penting dalam membangun kinerja seseorang lebih maksimal.  Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan dibahas mengenai pentingnya motivasi di dalam organisasi, dan alasan inilah yang menjadi dasar pemikiran saya dalam penyelesaian makalah ini. Unsur motivasi di dalam organisasi memang sangat diperlukan guna mendapatkan hasil pekerjaan yang memuaskan dan efisien.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kita ambil adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian motivasi?
2.      Apa saja jenis-jenis motivasi?
3.      Bagaimana proses motivasi?
4.      Apa tujuan motivasi?
5.      Apa fungsi motivasi?
6.      Bagaimana bentuk motivasi?
7.      Bagaimana metode motivasi?
8.      Apa saja teori-teori motivasi?
9.      Bagaimana teknik memotivasi kerja?
10.  Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi?
11.  Bagaimana hubungan motivasi dengan sistem upah?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk memenuhi tugas Organisasi Behaviour
2.      Untuk mempelajari lebih dalam tentang motivasi
3.      Mempelajari tentang tujuan organisasi dalam memotivasi karyawan
4.      Mencari tahu bagaimana teknik yang benar dalam memotivasi karyawan agar kinerja karyawan meningkat







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan. Pada dasarnya seorang bekerja karena keinginan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dorongan keinginan pada diri seseorang dengan orang yang lain berbeda sehingga perilaku manusia cenderung beragam di dalam bekerja.
Pentingnya motivasi, motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia , supaya mau beerja giat dan antusias dalam mencapaia hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya mampu dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.
            Motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu,sedangkan motif adalah kebutuhan, keinigina,dorongan atau impuls. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah yang akan menentukan perlaku seseorang. Motif yang kuat ini seringkali berkurang apabila telah mencapai kepuasan ataupun karena menemui kegagalan.
Jadi kekuatan motif ini dapat berubah karena  :
1.      Terpuaskannya kebutuhan
Bila kebutuhan telah terpuaskan maka motif akan berkurang, dan beralih kepada kebutuhan lain dan seterusnya.
2.      Karena adanya hambatan, maka orang akan mencoa mengalihkan motifnya kearh lain
Menurut Vroom dalam Ngalim Purwanto (2006: 72), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P. Campbell, dkk mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah tersebut mencakup sejumlah konsep dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya.
Menurut Hamzah B. Uno (2008: 66-67), kerja adalah sebagai 1) aktivitas dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia, 2) kerja itu memberikan status, dan mengikat seseorang kepada individu lain dan masyarakat, 3) pada umumnya wanita atau pria menyukai pekerjaan, 4) moral pekerja dan pegawai itu banyak tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik maupun materiil dari pekerjaan, 5) insentif kerja itu banyak bentuknya, diantaranya adalah uang.
Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan dan kegagalan pendidikan memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja guru. Pada dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik-baik saja, sehingga daya pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya tergantung dari harapan yang akan diperoleh mendatang jika harapan itu menjadi kenyataan maka seseorang akan cenderung meningkatkan motivasi kerjanya.
Menurut Ngalim Purwanto, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu:
1)     Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
2)     Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3)     Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reniforce) intensitas, dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
Berdasarkan beberapa definisi dan komponen pokok diatas dapat dirumuskan motivasi merupakan daya dorong atau daya gerak yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan.
Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive arousal). Hal ini akan lebih jelas jika diperhatikan pada bagan 9.1 yang dike mukan oleh Robert A. Baron, et.al.,(1980:295).

Oval: Unsatisfied NeedOval: Satisfied need  Oval: Goal Oval: Incentive Oval: Drive             Bagan 9.1 ( Motivasi sebagai pembangkit Dorongan














Keterangan : Bilamana suatu kebutuhan tidak terpuaskan maka timbul drive da n aktivitas individu untuk merespon perangsang (incentive ) dalam tujuan yang diinginkan. Pencapain tujuan akan menjadikan individu merasa puas.
           
            Dalam hubungan dengan lingkungan kerja, Ernest J. Mc Cormick (1985:268) mengemukakan bahwa “Work motivation is defined as condition which influence the arousal directin, and maintenance of behaviour relevant in work setting”. (Motivasi kerja didefinikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja).

B.     Jenis-jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis menurut Malayu S. P Hasibuan  yaitu:
1)     Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2)     Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat, karena takut dihukum.
Pengunaan kedua motivasi tersebut haruslah diterapkan kepada siapa dan kapan agar dapat berjalan efektif merangsang gairah bawahan dalam bekerja.

C.    Proses Motivasi

1.      Tujuan
Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisas, baru kemudian para karyawan dimotivasi ke arah tujuan itu.
2.      Mengetahui Kepentingan
Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan pimpinan atau perusahaan saja.
3.      Komunikasi Efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnyadan syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif tersebut diperolehnya.

4.      Integrasi Tujuan
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuanorganisasi adalah needscomplex yaitu untuk memperoleh laba serta perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5.      Fasilitas
Manajer penting untung memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.
6.      Team Work
Manajer harus membentuk team work yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team work penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.

D.    Tujuan Motivasi

Tingkah laku bawahan dalam suatu organisasi seperti sekolah pada dasarnya berorientasi pada tugas. Maksudnya, bahwa tingkah laku bawahan biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan harus selalu diamati, diawasi, dan diarahkan dalam kerangka pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu (Ngalim Purwanto, 2006: 73).
Sedangkan tujuan motivasi dalam Malayu S. P. Hasibuan (2006: 146) mengungkapkan bahwa:
1)    Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2)    Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3)    Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
4)    Meningkatkan kedisiplinan absensi karyawan.
5)    Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6)    Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7)    Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.
8)    Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
9)    Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
10)  Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika
tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.

E.     Fungsi Motivasi

Menurut Sardiman (2007: 85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:

1)     Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2)     Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3)     Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
4)     Sebagai energi atau motor penggerak bagi manusia, ibarat bahan bakar pada kendaraan
5)     Merupakan pengatur dan memilih alternatif diantara 2 atau lebih kegiatan yang bertentangan. Dengan memperkuat motivasi, akan memperlemah motivasi yang lain, maka seseorang hanya akan melakukan satu aktivitas dan meninggalkan aktivitas lain
6)     Merupakan pengatur arah atau tujuan dalam melakukan aktivitas. Dengan kata lainsetiap orang hanya akan memilih dan berusaha untuk mencapai tujuan, yang memotivasinya tinggi dan bukan mewujudkan tujuan yang lemah motivasinya

F.     Bentuk Motivasi

Dua bentuk motivasi kerja yaitu :
1.      Motivasi Instrinsik
Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat/mkan oekerjaan yang dilaksakannnya. Dengan kata lain motivasi ini bersumber dari pekerjaan yang dikerjakan, abik karena mampu memenuhi kebutuhan, atau menyenangkan, atau memungkinkan mencapai suatu tujaun, maupun karena memberikan harapan tertentu yang positif dimasa depan. Misalnya pekerja yang bekerja secara berdedikasi semata-mata karena merasa memperoleh kesemapatan untuk mengaktualisasikan atau mewujudkan realisasi dirinya secara maksimal.
2.      Motivasi ekstrinsik
Motivasi ini adalah pendrong kerja yang bersumber dari laur diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskannya melaksakan pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi dalam bekerja karena upah/gaji yang tinggi, jabatan/posisi yang terhomat atau memiliki kekuasaan yang besar, oujian, hukuman dan laini lain.
Di lingkungan suatu organisasi atau perusahaan terlihat kecendurangan penggunaan motivasi ekstrinsik lebiih dominan daripada motivasi intrinsik. Kondisi itu terutama disebabkan tidak mudah untuk menumbuhkan keadaran dari dalam diri pekerja. Sementara kondisi kerjadisekitarnya lebih banyak menggiringnya pada mendapatkan kepuasan kerja yang hanya dapat dipenuhi dari luar dirinya.
Dalam kondisi seperti tersebut diatas, maka diperlukan usaha mwngintegrasikan teori-teori motivasi , untuk dipergunakan secaa operasional dilingkungan organisasi atau perusahaan. Bagi para manajer yang penting adalah cara memberikan makna senua teori yang telah diuraikan diatas, agar dapat dipergunakan secara operasional atau praktis dalam memotivasi para bawahannya. Diantaranya adalah dalam bentuk pemberian ganjaran yang cenedrung paling banyak yang dipergunakan. Dalam rangka memotivasi para pekerja, setidak-tidaknya terdapat tiga tanggung jawab utama seorang manajer, ketiga tanggung jawab itu adalah :
a.       Merumuskan batasan pelaksaan pekerjaan bawahannya
Dalam rumusan tersebut harus jelas/jumlah (kuantitatif) dan bobot (kualitatif) tugas-tugas menjadi wewenang dan tanggung jawab setiap bawahannya.
b.      Menyediakan dan melengkapi fasilitas untuk pelaksaan pekerjaannya, agar bagi pekerja yang memiliki motivasi kerja tinggi tidak menjadi hambatan untuk melaksakannya secara maksimal
c.       Memilih dan melaksakan cara terbaik mendorong atau memotivasi pelaksanaan pekerjaan para bawahannya.







Ketiga tanggung jawab diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
BATASAN PEKERJAAN DAN
PERUMUSAN TUJUAN
Text Box: ENERGI UNTUK MEMOTIVASI PEKERJAAN
Text Box: MENDORONG PELAKSAAN PEKERJAAN BERIKAN GANJARAN BERKALA YANG BERNILAI BAGI PEKERJA
Text Box: FASILITAS KERJA BERIKAN SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN
 









a.       Sistem penghargaan dan Hukuman
Reward and punisments system, atau sistem pemberian dan penghargaan dan hukuman, untuk selanjutnya disebut SPH, merupakan tatanan yang erat dengan suasan kelas. Tatanan ini di satu sisi terkait dengan upaya menumbuhkan motivasi belajar, dengan cara memberikan penghargaan dalam berbagai bentuk kepada siswa yang berhasil baik, atau berbuat sesuai dengan harapan,ketentuan, atau aturan. Disisi yang lain tatanan ini dimaksudkan untuk menegakan disiplin di kelas.
SPH, bila digunakan dengan baik, dapat menguntungkan. Akan tetapi bila salah digunakan, dapat berakibat merugikan. Keadaan dan sifat alat yang ibarat pisau bermata dua ini menyulut terjadinya perdebatan panjang tentang manfaat SPH, terutama dalam kaitan nyadengan usaha menumbuhkan motivasi belajar.
1.      Penghargaan dan Motivasi
Pengahargaan merugikan : sebagian pakar dsan prakitisi pendidikn menganggap bahwa pemberian penghargaan merugikan pembentukan motivasi belajar. Meta analisis terhadap banyak penelitian menemukan bahwa pemberian penghargaan yang dikaitkan dengan penyelesaian tugas merugikan motivasi intrinsik. Akan tetapi meta analisis yang yang dilakukan oleh pakar dan praktisi yang lain menemukan kesimpulan yang berseberangan,. Menurut penganut paham yang menyakini bahwa pemberian penghargaan atau hadiah merusak motivasi belajar, khususnya motivasi intrinsik, adalah karena pemberian hadiah dianggap dapat mengganggu tujuan belajar semula.
Faktor pengganggu : (menurut Deci :2001), misalnya semua pengahargaan yang berupa benda merupakan faktor penganggu dan dapat merugikan motivasi intrinsik sebab penghargaaan seperti itu, bila telah diketahui atau telah diberitahukan sebelum perbuatan dilakukan, dapat berfungsi sebagai pendorong perbuatan. Perbuatan yang semulamungkin didorong oleh motivasi intrinsi, dengan adanya the expected reward itu motivasi dapat bergeser ke ekstrinsik yakni mengejar hadiah.
Pengaruh penghargaan dengan kata-kata terhadap motivasi intrinsik , masih menurut peneliti yang sama, tidak merugikan, terutama untuk anak – anak. Akam tetapi motivasi intrinsik ank- anak bener – benar dirugikan oleh hadiah berupa benda. Hal ini mungkin di sebabkan karena daya tarik hadiah benda sangat kuat bagi anak- anak.
Penghargaan sebagai iformasi atau pemaksa perbuatan ? : penghargaan memang dpat bersifat verbal (kata –kata), atau tangible (berupa benda).  Penghargaan yang bersifat verbal, seperti pujian, dapat menumbuhakn atau merusakmotivasi intrinsik tergantung pada (i) persepi siswa terhadap penghargaan dan (ii) situasi saaat penghargaan itu disampaikan. Apabila penghargaan dilihat sekedar sebagai informasi/umpan balik hasil perbuatan, penghargaan ituk tidak merusak motivasi intrinsik. Akan tetapi bila penghargaan itu dilihat sebagi sesuatu yang dikejar – kejar demi status diri, penghargaan itu merusak, sebab penghargaan itu lalu berfungsi sebagai pemaksa, atau pendorong perbuatan. Situasi saat pengharagaan itu disampaikan juga berpangaruh terhadap motivasi. Apabila penghargaan itu sampaikan terbuka, misalnya dikelas, penghargaan itu bisa merusak. Akan tetapi kalau disampaikan secara pribadi, misalnya di laboratorium, tidak akan merusak motivasi intrinsik.
Yang juga bisa merugikan : masih banyak hal yang dapat merusak motivasi intrinsik. Misalnya penyelenggaran evaluasi, dapat menggeserkan tujuan belajar yang asli ke mengejar lulus. Pemberian deadline, sistem kompetisi, dan penetapan tujuan belajar oleh pihak diluar diri siswa ke semuanya itu dapat menggeser btujuan belajar semula yang bersifat intrinsik ke tujuan lain yang sifatnya ekstrinsik.
Bisa merugikan atau tidak : Penghargaan yang bersifat tangible dan sejenisnya, apabila diberikan sebagai kejuatan tidak merusak motivasi intrinsik. Akan tetapi sudah dijanjikan sejak awal, akan merusak motivasi intrinsik.hadiah yang diberikan tanpa dikaitkan dengan sesuatu penugasan, tak merusak motivasi intrinsik. Sebaliknya bila dikaitkan dengan penugasan atau kegiatan, baik tugas atau kegiatan itu di selesaikan atau tak diselesaikan, merusak motivasi intrinsik. Misalnya, kegiatan seminar yang menjanjikan pemberian sertifikat kepada peserta, baik yang ikut sampai selesai ataupun yang berhenti setengah jalan. Juga bersifat merusak apabila seseorang siswa diberi hadiah atau pujian bila dapat mencapai rank, atau peringkat, misalnya, ke-1 sampai 10. Sistem pemberian hadian sperti ini dapat menyebabkan sebgian besar murid tak bersemangat.
Cognitive evaluation theory dan penghargaan : Teori ini mengatakan bahwa bila seseorang merasa senang dengan apa yang dilakukan, ia akan memiliki perasaan feeling of competence and self determination – rasa mampu, dan rasa dapat membuat keputusan sendri tanpa didikte oleh pihak atau hal lain. Menurut teori ini pula, bila orang merasa sangat tertarik melaksanakan sesuatu tugas, tetapi ia ditawari hadiah benda kalau dapat melaksanakan tugas,menyelesaikan tugas, atau mencapai hasil diatas sesuatu standar, maka hadiah itu akan befungsi sebgai faktor pendorong/pemaksa kegiatan. Rasa self determination nya terganggu. Motivasi intrinsik bergeser menjadi ekstrinsik. Meta analisis terhadap banyak penelitian menunukan hasil yang mendukung Cognitive Evaluatin Theory (CET).
Hadiah merugikan untuk kegiatan high-initial-interst : Berbeda dengan paham yang menganggap pemberian hadiah merusak motivasi intrinsik, bnayakpula peneliti dan ahli lain yang mengatakan bahwa tak ada bukti yang menyakinkan bahwa pemberian hadiah, pujian, dan berbagain bentuk penghargaan merusak motivasi belajar.  Bahkan bila di tata dengan baik, pemberian penghargaan atau hadiah akan menumbuhkan motivasi ( Cameron,2001). Pe,berian hadiah atau penghargaan memang merugikan untuk perbuatan yang sejak awal sudah menarik. Misalnya mereka yang hobinya olah raga bersepeda, ditawari hadiah mobil bagi memenuhi syarat tertentu. Contoh lain, pembelajar tertarik pelajaran matematika, ia mempelajari dengan tekun mata pelajaran itu, dengan tujuan dapat menguasaimata pelajaran yang disukai itu dengan  baik. Akan tetapi, ddemikisn guru mengumumkan bahwa hadiah, misalnya berupa taplus, akan diberikan kepada siswa yang mendapat nilai terbaik, siswa itu dalam belajar menjadi berubah motifnya. Sekarang belajarnya didorong oleh keinginan mendapatkan hadiah taplus. Atau, pada contoh pehobi bersepeda, kegiatan bersepeda nya berubah motif ke upaya mendapatkan mobil. Pada contoh – contoh demikian, motivasi intrinsik memang dapat terganggu karena motif intrinsik bergeser ke ekstrinsik. Dalam kasus – kasus high-initial-interest-activity, kegiatan yang sejak awal sudah menarik bagi pelaku nya. Cameron dan Deci memang sependapat, bahwa hadiah dapat merusak moticvasi intrinsik.
Hadiah menguntungkan untuk kegiatan Low-initial-interest : Ada kegiatan – kegiatan yang bagi sebagian orang merupakan law initial interest, atau kegiatan sejak awal tidak menyenangkan. Misalnya dua kali lari keliling lapangan olah raga pada mata pelajaran olahraga, untuk mendorong siswa melakukan tugas itu, pemberian hadiah untk mereka yang dapat menyelesaikan dalam batas waktu tertentu justru akan menumbuhkan motivasi.
Harus bijaksana : Dari perbedaan pendapat tentang merugikan atau tidak nya pemberian hadiah atau penghargaan, ada satu kesimpulan yang dapat diterima semua pihak bahwa pemberian penghargaan, ujian, atau hadiah harus dilakukan dengan  bijaksana. Dalam konteks pelatihan bagi orang dewasa harus diusahakan oleh instruturk agar partisipan dapat menerima penghargaan bukan sebagai “sesuatu yang harus dikejar dan dicari”, melainkan sebagai “ salah satu bentuk informasi” atau keberhasilan yang dicapainya. Pada yang tersebut pertama, mencari penghargaan merupakan motif pendorong perbuatan, sedangkan pada yang tersebut kedua, meraih keberhasilan merupakan motif pendorong perbuatan. 
2.      Hukum dan Motivasi
Secara tradisional ada anggapan bahwa yang baik adalah guru yang dapat menguasai kelaasnya (Taylor, 1987). Untuk itu, guru haruslah ornag yang punya wiabawa. Ia harus sabar, tak berprasangka, pandai menyembunyikan perasaan, tak pilih kasih, disipilin, tak membuat kesalahan, selalu tahu jawaban atas masalah, dan guru sebagai kelompok kompak dalam menghadapi siswa. Anggapan seperti itu merupakan beban yang luar biasa berat bagi guru sebagai seorang manusia (Gordon,ed. Mudjito, 1986).
Namun, guru sebagai orang super an penegak disiplin masih merpakan pandangan dominan dalam sistem pendidikan tradisional, karena kedisiplinan siswa dianggap sebagai kunci bagi terbentuknya suasana kelas yang kondusif untuk belajar. Berbagai sistem pembentukan kedisiplinan kelas muncul. Salah satunya adalah Assertive Decipline.

G.     Metode Motivasi

Menurut Malayu S. P Hasibuan (2006: 149), ada dua metode motivasi, yaitu:
1)  Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, dan sebagainya.
2)  Motivasi Tak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja, sehingga lebih bersemangat dalam bekerja. Misalnya, mesin-mesin yang baik, ruang kerja yang nyaman, kursi yang empuk, dan sebagainya.

H.    Teori-teori Motivasi

Teori-teori motivasi menurut Malayu S. P. Hasibuan (2006:152-167) dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1)  Teori Kepuasan (Content Theory)
Teori ini merupakan teori yang mendasarkan atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang
menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya. Jika kebutuhan semakin terpenuhi, maka semangat pekerjaannya semakin baik.
Teori-teori kepuasan ini antara lain: a) Teori Motivasi Klasik
F.W.Taylor mengemukakan teori motivasi klasik atau teori motivasi kebutuhan tunggal. Teori ini berpendapat bahwa manusia mau bekerja giat untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik, berbentuk uang atau barang dari hasil pekerjaannya. Konsep dasar teori ini adalah orang akan bekerja giat bilamana ia mendapat imbalan materi yang mempunyai kaitan dengan tugas-tugasnya.
b)  Teori Maslow
Hirarki kebutuhan Maslow mengikuti teori jamak yaitu seseorang berperilaku atau bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang diinginkan manusia berjenjang. Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan, sebagai berikut:
(1) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, dan sebagainya.
(2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.
(3) Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan teman, interaksi, dicintai, dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya.
(4) Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan adalah kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan diri dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.
(5) Aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa.







Bagan 9.2
Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow


            Selanjutnya, Abraham Maslow mengemukakan bahwa orang dewasa secara normalmemuaskan kira-kira 85 persen kebutuhan fisiologis, 70 persen kebutuhan rasa aman, 50 persen kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, 40 persen kebutuhan harga diri, dan hanya 10 persen dari kebutuhan aktualisasi diri. Hal ini dapat diperhatikan pada bagan 9.3.





Bagan 9.3
Proporsi Kebutuhan yang Terpuaskan



 







Dalam studi motivasi lainnya, David McClelland (1961) mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia, yaitu berikut ini.
1)      Need for Achievement, yaitu kebutuhan untk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecah masalah. Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan akan berprestasi tinggi cenderung untuk berani mengambil risiko. Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya,selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih baik.
2)      Need for affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
3)      Need for power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untukmemiliki pengaruh terhadap orang lain.

c)      Teori ERG (Existence, Relatedness,Growth) dari Aldefer
Teori ERG merupakan refleksi dari nama tiga dasar kebutuhan, yaitu :
a.       Existence Needs. Kebutuhan ini berhubugnan dengan fisik  dari eksistensi pegawai, seperti makan, minum, pakaian, bernapas, gaji, keamanan kondisi kerja,, fringe benefits.
b.      Relatedness needs. Kebtuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam berinteraksi dalam linhkungan kerja.
c.       Growth needs. Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai.


c)  Teori Herzberg
Menurut Hezberg, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan, yaitu:
(1)  Kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan (maintenance factors). Faktor kesehatan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Faktor-faktor pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik, supervisi, macam-macam tunjangan.
(2)  Faktor pemeliharaan yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang. Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi yang baik.

d)     Teori X dan Teori Y Mc. Gregor
Menurut teori X untuk memotivasi karyawan harus dilakukan dengan cara pengawasan yang ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mau bekerja sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan cenderung motivasi negatif yakni dengan menerapkan hukuman yang tegas. Sedangkan menurut teori Y, untuk memotivasi karyawan dilakukan dengan cara peningkatan partisipasi, kerjasama, dan keterikatan pada keputusan.

e)  Teori Mc Clelland
Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi dilepaskan dandigunakan tergantung kekuatan, dorongan, motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh karyawan kerena didorong oleh:
(1)  Kebutuhan motif dan kekuatan dasar yang terlibat
(2)  Harapan keberhasilannya
(3)  Nilai insentif yang terlekat pada tujuan

Hal-hal yang yang memotivasi seseorang adalah:
(1)  Kebutuhan akan prestasi
(2)  Kebutuhan akan afiliasi
(3)  Kebutuhan akan kekuasaan

f)      Teori Motivasi Claude S. George
Teori ini mengemukakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu:
(1)  Upah yang adil dan layak
(2)  Kesempatan untuk maju
(3)  Pengakuan sebagai individu
(4)  Keamanan kerja
(5)  Tempat kerja yang baik
(6)  Penerimaan oleh kelompok
(7)  Perlakuan yang wajar
(8)  Pengakuan atas prestasi

2)  Teori Proses
Teori proses mengenai motivasi berusaha menjawab bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara dan menghentikan perilaku individu. Teori yang tergolong ke dalam teori proses, diantaranya:
a)  Teori Harapan (Expectancy)
Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting, yaitu:
(1)  Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku.
(2)  Nilai (valence) adalah akibat dari perilaku tertentu yang mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai memotivasi) bagi setiap individu tertentu.
(3)  Pertautan (instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil dari tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.
b)     Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara objektif.
c)      Teori Pengukuhan
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi. Misalnya promosi tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan.
d)      Teori Tujuan
Dalam bekerja tujuan bukan harapan. Dalam kenyataannya harapan bersifat subyektif dan berbeda-beda antara setiap individu, meskipun pada unit kerja atau perusahaan.tujuan bersumber dari rencana strategik dan rencana operasional organisasi/peruahasan, yang tidak dipengaruhi individudan tidak mudah berubah-ubah. Oleh karena itu tujuan bersifat objektif.



I.       Prinsip Motivasi

Prinsip – prinsip dalam motivasi kerja pegawai
Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai
1.      Prinsip partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
2.      Prinsip komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
3.       Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawau akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
4.      Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin yang memberkan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
5.      Prinsip memberi perhatian
Prmimpin memberikan perhatianterhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai berkerja apa yang diharapkan oleh pemimpin.




J.      Teknik Motivasi
Beberapa teknik memotivasi kerja pegawai, antara lain sebagai berikut.
1.      Teknk pemenuhan kebutuhan pegawai
Pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamen yang mendasari perilaku kerja. Kita tidak mungkin dapat memotivasi kerja pegawai tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkannya.
Abraham Maslow mengemukakan hierarki kebutuhan pegawai sebagai berikut.
2.      Teknik komunikasi persuasif
Teknik komunkasi persuasif merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis. Teknik ini dirumuskan: “AIDDAS”.
A = Attention (perhatian)
I =  Interest (minat)
D = Desire (hasrat)
D = Decision ( keputusan)
A = Action ( aksi/tindakan)
S = Satisfaction ( kepuasan)
           
            Penggunannya, pertama kali pemimpin harus memberikan perhatian kepada pegawai tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat pegawai terhadap pelaksanaan kerja, jika telah timbul minatnya maka hasratnya menjadi kuat untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian, pegawai akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil kerjanya.




K.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi merupakan proses psikologi dalam diri seseorang dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum, faktor ini dapat muncul dari dalam diri (intrinsik) maupun dari luar diri (ekstrinsik). Menurut Wahjosumidjo (2001: 42), faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang bersumber dari luar individu. Faktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagan (2006: 294) motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah:
1)    Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
2)    Harga diri
3)    Harapan pribadi
4)    Kebutuhan
5)    Keinginan
6)    Kepuasan kerja
7)    Prestasi kerja yang dihasilkan
Sedangkan fakor eksternal yang mempemgaruhi motivasi seseorang antara lain:
1)    Jenis dan sifat pekerjaan
2)    Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
3)    Organisasi tempat orang bekerja
4)    Situasi lingkungan kerja
5)    Gaji

Dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi motivasi yang dimaksud lingkungan kerja ialah pemimpin dan bawahan. Dari pihak pemimipin ada berbagai unsur yang sangat berpengaruh terhadap motivasi, seperti:
1)    Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya prosedur kerja, berbagai rencana dan program kerja.
2)    Persyaratan kerja yang perlu dipenuhi oleh bawahan.
3)    Tersedianya seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan di dalam mendukung pelaksanaan kerja, termasuk di dalamnya bagaimana tempat para bawahan bekerja.
4)    Gaya kepemimpinan atasan dalam arti sifat-sifat dan perilaku atasan terhadap bawahan.
Bawahan dalam motivasi memiliki gejala karakteristik seperti:
1.    Kemampuan bekerja
2.    Semangat kerja
3.    Rasa kebersamaan dalam kehidupan kelompok
4.    Prestasi dan produktivitas kerja
Sedangkan menurut Hamzah B.Uno (2008: 112) seorang yang memiliki motivasi kerja akan tampak melalui:
1)    Tanggung jawab dalam melakukan kerja, meliputi:
a)      Kerja keras
b)      Tanggung jawab
c)      Pencapaian tujuan
d)      Menyatu dengan tugas
2)    Prestasi yang dicapainya, meliputi:
a)      Dorongan untuk sukses
b)      Umpan balik
c)      Unggul

3)    Pengembangan diri, meliputi:
a)      Peningkatan keterampilan
b)      Dorongan untuk maju



4)    Kemandirian dalam bertindak, meliputi:
a)      Mandiri dalam bekerja
b)     Suka pada tantangan
Berdasarkan beberapa teori pokok di atas dapat dirumuskan motivasi kerja merupakan daya dorong atau daya gerak yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara implisit, motivasi kerja tampak melaluTanggung jawab dalam melakukan kerja
a.      Prestasi yang dicapainya
b.      Pengembangan diri, serta
c.      Kemandirian dalam bertindak

L.     Hubungan Motivasi Dengan Sistem Upah

Dari satu sisi sistem upah telah disepakati sebagai fakktor yang sangat penting dalam mewujudkan penampilan kerja yang terbaik. Dinegara industri seperti Amerika Serikat diperkirakan antara 70% s/d 80% perusahaan atau organisasi mempergunakan sistem ini mendorong atau memotivasi pekerjaanya. Dengan kata lain pemberian upah merupakan motivasi kerja yang penting, dalam mewujudkan pekrjaan yang produktif dan berkualitas (efektif dan efesien) bagi para pekerja dibidang kerja masing-masing.
Dari sisi lain sulit untuk mewujudkan sistem upah yang dapat memotivasi pekerja. Salah satu sebabnya sebagaiman telah diketengahkan dalam uraian tentang kompensasi, ternyata banyak ditemukan kenyataan para manajer berupaya menekan pembiayaan (cost) seminial mungkin melalui pembayaran upah. Sebaliknya para pekerja mengharapkan pemberian upah dalam jumlah maksimal, atau sekurang-kurangnya memenuhi unsur kewajaran (kelayakan) dan keadilan. Berikutnya dihadapi pulakesulitan dalam menetapkan besarnya upah yang dapat memotivai pekerja. Kesulitan terutama sekali disebabkan oleh adanya berbagai perbedaan secara individual, kelompok/tim (team) dan berdasarkan oangkat dan jabatan dalam keseluruhan organisasi atau perusahaan.
Sehubungan dengan uraian-uraian diatas, ternyata dalam sistem pengupahan, yang banyak dipersoalkan para pekerja sebagai motivasi kerja adalah pemberian insetif, dengan tidak mengurangi arti dan peranan upah yang apat dipergunakan untuk memotivasi kerja. Upah dasar sebagai motivasi terkait dengan pangkat dan jabatan/posisi. Satu diantaranya bahwa ada para pekerja yang menilai dirinya memiliki peluang untuk memperoleh pangkat atau jabatan yang lebih tinggi, yang tidak menjadi motivasi bagi pekerja yang tidak memiliki peluang tesebut. Sedang yang lainnya jika berprestasi dalam melaksakan tugas-tugas pokoknya. Upah atau gaji telah stabil tidak atrau kurang berfungsi sebagai motivasi, karena sifatnya yang rutin dan lebih dirasakan sebagai hak, yang pasti diterima pada saatnya (bulanan atau mingguan).
Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka perlu ditegaskan kembali bahwa dalam memotivasi para pekerja, yang banyak dipersoalkan adalah menegnai kompensasi tidak langsungv, khusunya dalam bentukn yang disebut insentif. Tujuan pemberian insentif ini pada dasarnya adalah :
1.      Sistem insentif didesain dalam hubungannya dengan sistem balas jasa ( merit system), sehingga berfungsi dalam memotivasinpekerja agar terus menerus berusaha memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kewajiban atau tanggung jawabnya.
2.      Sistem insentif merupakan tambahan gaji/upah dasar yangdiberikan sewaktu-waktu, dengan membedakan antara pekerja yang berpresrtasi dengan yang tidak berprestasi dalam melaksaksanakan pekerjaan atau tugas-tugasnya. Dengan demikian akan berlangsung kompetisi sehat dalam berprestasi, yang merupakan motivasi krja berdasrkan pemberian insentif.
Berdasarkan tujuan sistem pemberian insentif tersebut diatas, dapat dibedakan dua bentuknya terdiri dari :
a.       Diberikan secara tetap yang disebut tunjangan, seperti tunjangan istri/suami, anak (keluarga), tunjangan fungsinal dan tunjangan struktural/jabatan
b.      Diberikan sewaktu-waktu aatautidak tetap, seperti komisi oenjualan, bonus dam kompensasi tidak langsung lainnya.
Sistem intensif dimaksud harus memnuhi bebrapa persayaratan, agar menjadi efektif sebagai motivasi kerja, persyaratan itu terkait dengan prinsip psikologis sebagai berikut :
a.       Berfungsi dan bersifat sebagai penghargaan, yang dinilai sebagai faktor penting dalam kegiatan memotivasi pekerja
b.      Dirasakan sebagai hasl dari upaya meningkatkan dan memperbaiki pelakanaan pekejaan.
Dengan demikian berati juga organisasi/perusahaan harus menghindari pemberian insenntif ranpa alasan atau dengan alasan yang tidak berhngungan dengan upaya memotivasi pekerja agar bekerja secara efektif dan efesien. Untuk itu diperlu diketahui sebab-sebab pemberian insentif tidak berfungsi sebagi  motivasi. Sebab-sebab dimaksud adalah sebagai berikut :
a.       Nilai finansial/materisalnya sebagai ganjaran/penghargaan terlalu rendah, sehingga berakibat tidak dirasakan manfaatnya oleh pekerja.
b.      Tidak terdapat hubungan antara insentif sebagai ganjaran dengan pekerjaan yang dilaksanakan. Insentif seperti itu tidak akan berfungsi sebagai motivasi karena pekerja tidak mengetahui untuk apa ganjaran itu diberikan kepadanya.
c.       Tidak didasakan pada hasil penilaian karya karena tidak pernah atau selalu dihindari pelaksanaannya oleh supervisor. Dengan kata lain tanpa penilain karya para pekerja tidak mengetahui tentang lebihannya dalam bekerja yang layak menerima ganjaran atau patut dihargai, karena berbeda dari pekerja lainnya. Kecenderungan memberikan ganjaran atau insentif secara sama tanpa membedakannya berdasarkan prestasi kerja, tidak akan berfungsi seabgai motivasi.
d.      Apabila para pekerja terikat kontrak/perjanjian dengan serikat pekerja, yang mengharuskan sebagian insentif yang diterima diserahkan untuk jangka waktu yang cukup lama. Jumlahnya yang cukup besar cenderung menimbulkan perselesisihan dengan serijat pekerja yang berakibatmerugikan organisasi/perusahaan. Kerugian itu dapat bebentuk insentif yang diberikan tidak berfungsi sebagai motivasi , bahkan dapat mendorong pekerja untuk lebih baik berhenti.
e.       Insentif sebagai tunjangan tidak akan berfungsi sebagai motivasi untuk peningakatan prestasi jangka waktu lama, karena lebih dirasakan sebagai hak, yang tetatp akan diterima meskipun tidak berprestasi.
Berdasarkan kenyataan itu dalam memberikan insentif untuk memotivasi, perlu diikuti prinsip pokok sebagai berikut :
a.       Berikan instif hanya untuk pekerja yanng berprestasi
b.      Promosikan pekerja sebagai insentif non finansial/non material, atas dasar produktivitas dalam bekerja
Kedua prinsip pokok tersebut diatas dapat dijabarkan secara lebih rinci sebagai berikut :
1)      Sistem insentif harus bersifat sederhana, dalam arti diatur secara jelas, dapat dipahami, ringkas, dan sesuai dengan kepentingannya masing-masing
2)      Pemberian insentif harus bersifat khusus, dalam arti pekerja mengetahui secara tepat apa yang diharapkan perusahaan dari dirinya dalam bekerja, yang dapat dikategorikan berhak memperoleh.
3)      Dampak pemberian insentif dapat diniai/diukur, dalam arti jumlah uang yang dikeluarkan untuk insentif dapat dihitung melalui perbandingannya dengan hasil yang dicapai, yang bila menunjukan peningkatan, dapat diartikan berfungsi sebagai motivasi kerja
4)      Perbaikan dan peningkatan mungkin diwujudkan, dalam arti insentif yang diberikan dapat mendorong pekerja untuk melaksakan sesuatu secara baik yang memang mungkin dilaksankannya. Apabila sesuatu yang diharapkan dalam bekerja tidak mungkin dilaksakan, maka insentif tidak akan berfungsi untuk motivasi kerja.














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam usaha bisnis, motivasi karyawan sangatlah penting. Diantara motivasi kerja yang efektif adalah memiliki hasrat keinginan yang menggebu-gebu untuk mendapatkan sesuatu, atau hasrat keinginan untuk membahagiakan orang lain dan tujuan hidup lainnya. Hasrat ini seharusnya selalu ditanamkan didalam benak anda setiap hari.
Di perusahaan manapun semua pasti memimpikan agar terwujud semua impian di perusahaannya, tetapi apadaya apabila seorang karyawan tersebut bermalas-malasan, terlambat kerja, dan tidak displin. Inilah yang menjadi momok di perusahaan yang ingin mewujudkan impiannya.
Sebuah pekerjaan haruslah memiliki daya guna tim yang tinggi. Inilah yang seharusnya kita terapkan seperti pemimpin yang partisipatif, mau mendengarkan, tujuan yang tersusun, komunikatif, fokus pada tugas masing-masing, mampu menyelesaikan masalah, bertanggung jawab, inovatif dan kreatif.
Banyak yang mengatakan, bahwa motivasi terbaik adalah datang dari diri sendiri. Perusahaan bisa memberikan fasilitas sehingga karyawan memiliki motivasi diri yang tinggi. Jika perlu, undanglah motivator untuk membuka motivasi yang ada di dalam diri karyawan Anda. Berikut ini lah tips-tips untuk memotivasi karyawan agar termotivasi dan lebih giat dalam melaksanakan tugas nya :
  1. Jangan mengkritik karyawan di hadapan orang lain
  2. Jangan biarkan mereka bosan
  3. Rayakan setiap moment penting
  4. Dengarkan mereka
  5. Memberikan reward pada suatu pencapaian
  6. Gajilah karyawan secara bersaing berdasarkan apa yang mereka kerjakan.
  7. Berikan kesempatan kepada karyawan untuk meningkatan Karir
  8. Buatlah Karyawan Bahagia
  9. Jangan berlaku tidak adil
  10. Jangan menghina atau merendahkan karyawan




















DAFTAR PUSTAKA
Manajemen Personalia Edisi keenam Jilid 2 Edwin B.Flippo Moh.Masud penerbit Erlangga 1997
Riset Sumber Daya Manusia Drs Husein Umar,SE.,MM.,MBA PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta,2000
Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang kompetitif Prof.Dr.Hadari Nawawi , Gajah Mada University Press
Organization Behavior Fourteenth Edition Stephen P.Robbins. Timothy A.Judge
Kewirausahaan Prof.Dr.H.Buchari Alma . ALFABETA.W,2011
Perilaku Konsumen , Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran .Nugroho ,J. Setiadi,SE.MM. Kencana Prenada Media Group 2003
Manajemen Sumber Daya Manusia , Drs.H.Malayu . S.P.Hasibuan PT.Bumi Aksara.2003
Manajemen Pelatihan ,Prof.Drs.Haris Mujiman ,MA.Ph.D,Pustaka Pelajar .2009
Organization Behavior ,Stephen.P.Robbins.Timoty A.Judge.Pearson Education Limited 2011